Berangkat Menuju Hildoryn

Posted by Teteh Fia Sabtu, 29 Agustus 2015 0 komentar
          Hamburg.
  Pagi hari di Desa Margatha, Langit mulai cerah. Matahari terbit dari ufuk timur. Lampu jalanan mulai redup, dan Orang - orang mulai beraktivitas kembali. Pemandangan pagi indah, dihiasi burung bangau yang terbang berkelompok. Burung - burung kecil yang lain asyik terbang bebas, mengelilingi lapangan rumput hijau, dan sebagiannya bertengger di atas tali jemuran milik keluarga
            "KRIING! KRIING!" suara nyaring yang berasal dari jam weker seorang gadis usia sepuluh tahun. Elizabeth Hamburg, seorang gadis berambut pirang, anak dari Mr. dan Mrs. Hamburg. Deringan itu berhenti saat Eliz menekan sebuah tombol di bagian atas jam. Eliz bangun sambil menguap. Rambut pirang lurusnya berantakan, dan matanya seperti tak kuat lagi untuk menahan ngantuknya. Ia kemudian mengguncang - guncang tubuh adiknya yang masih berbaring di sebelah kirinya.
            "Clara! Clara! Ayo bangun! Ini sudah jam enam!" serunya, masih terus mengguncang - guncang adiknya.
            "Eh, Uh!" gumam Clara sambil bangkit. "Sudah jam enam?" Ia kemudian mengucek matanya. Eliz mengangguk. Kemudian Ia turun dari ranjangnya, dan segera menarik adiknya untuk segera turun.
            "Ayo kita bereskan dulu kamar kita." kata Eliz, seraya menarik selimut dan melipatnya. Clara menumpuk bantal-bantal yang berserakan dimana-mana, dan menyusunnya di salah satu sudut ruangan.
            "Kenapa terlalu terburu-buru?" tanya Clara.
            "Kau sudah lupa?" kata Eliz yang kemudian menaruh lipatan selimut di atas tumpukan bantal yang ditaruh Clara tadi. "Ini adalah hari pertama liburan sekolah. George dan Lily libur sekolah, dan mereka akan mengajak kita pergi ke luar kota." Dengan cepat, Eliz merapikan seprai kasur berwarna jingga. George Hamburg, adalah kakak mereka. Usianya 16 belas tahun, sementara Lily Hamburg kakak kedua mereka. Usianya 14 tahun.
            "Sekarang jangan banyak tanya lagi!" perotes Eliz. "Ayo segera bantu aku membereskan meja ini. Kalau George tahu kita belum siap jam delapan, pasti ia akan memutuskan tidak akan jadi berangkat." Eliz adalah tipe anak yang tidak bisa siap kalau diberi waktu satu jam. Eliz selalu stres kalau waktunya sudah habis.
            Tak lama kemudian, kamar mereka sudah rapi dan bersih.
            "Waw!" gumam Clara sambil mengusap roknya yang sedikit berdebu. Ia tidak sadar apa yang ia kerjakan bersama kakaknya sampai - sampai kamar mereka serapi itu. Sebelum ini, mereka belum pernah beres - beres kamar. Bibi Marlia, pembantu rumah mereka yang selalu membersihkan kamar kedua anak tersebut. Tapi hari ini Bibi Marlia sedang sakit, dan tak bisa datang ke rumah keluarga Hamburg.
            Setelah membereskan kamar, Eliz dan Clara segera berlari menuruni anak tangga, menuju ruang makan. Ibu, Ayah, George dan Lily sudah duduk di kursi makan mereka masing masing. Di meja makan sudah tersedia piring kosong, di depan setiap kursi-kursi makan. Bibi Flora, juru masak mereka melangkah menuju meja, dan segera menaruh roti isi daging asap, ke setiap piring - piring kosong tersebut. Dari arah tangga, Eliz dan Clara muncul dengan muka penuh ceria.
            "Selamat pagi semua!" seru Clara, anak berusia 7 tahun itu sambil naik ke atas kursinya.
            "Selamat pagi!" balas Ibu, Ayah, George, Lily begitu juga Bibi Flora. Mereka menjawab dengan serempak.
            "Eh, aroma makanannya menggoda! Pasti enak sekali!" celetuk Eliz, yang baru naik ke kursinya. "Ada roti isi daging asap kesukaanku!"
            "Sudah dimakan saja, tidak usah bergumam terus." kata seseorang berambut coklat dengan bando merah yang mencolok. Lily duduk, dan memegang garpu serta pisau dengan anggun. Perlahan memotong roti, dan memasukan kedalam mulutnya. Eliz hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya. Keluarga Hamburg mulai bersantap sarapan.
            "Eliz, Clara." kata George yang duduk disamping Lily. "Kalian berdua, harus segera selesai makan pukul tujuh, setelah itu kalian harus segera mengganti baju kalian dan siap untuk berangkat. Kalau kau mau, kau juga boleh mandi." jelas George. Eliz hanya mengangguk karena mulutnya sudah penuh dengan roti. Clara juga menyusul mengangguk. Eliz dan Clara makan sedikit lebih cepat daripada biasanya. Tangan mereka bergerak - gerak, memotong, menusuk roti dengan garpu lalu melahapnya. semenit kemudian suasana sunyi. Hanya ada bunyi dan suara gaduh "TING!" yang berasal dari garpu, pisau roti dan piring.
            Pukul 06.30. Rupanya Eliz dan Clara sudah selesai. Piring mereka sudah kosong, dengan sisa remah-remah roti yang berteteran kemana-mana. Mereka segera mengambil tisyu untuk mengelap tangan dan mulut mereka, kemudian mereka segera berlari mengambil handuk, dan bergantian untuk mandi.
            "Mereka begitu bersemangat." kata ibu yang sedang membereskan piring bekas makan sambil tersenyum.
***
            Eliz, Clara, Lily dan George terlihat berjalan cepat sepanjang trotoar. Mereka sudah tampak rapi dengan pakaian mereka. Tujuan mereka adalah pergi menuju stasiun, menaiki kereta dan pergi ke luar kota. Stasiun itu jaraknya tak jauh dari desa mereka. Mereka hanya tinggal berjalan kaki dan tak perlu naik taksi. Clara terlihat berlari kecil, mengikuti langkah - langkah kaki ketiga saudaranya yang langkah kakinya begitu besar menurutnya. Ia di gandeng Lily, sementara Eliz menggandeng tangn George.
            "Itu dia!" teriak Clara sambil menunjuk sebuah tulisan besar pada sebuah gedung yang bertuliskan "Stasiun kereta api Conswibh". Gedung itu nampak seperti sebuah lorong yang dalamnya luas. Stasiun Conswibh ramai hari ini karena ini adalah hari pertama libur panjang musim panas.
            "Apakah kita akan kebagian tiket kereta kalau ada banyak orang seperti ini?" tanya Eliz sambil memandang semua orang yang ada didalam stasiun. Terlihat seperti lautan manusia yang berkerumunan. Tapi ketiga saudaranya tidak menjawab dan mengacuhkan pertanyaan Eliz tadi. Geroge segera pergi ke antrian loket, dan Eliz melepaskan gandengan tangan, dan berpindah ke tangan Lily.
            "Ayo," ajak Lily sambil menarik kedua adiknya menuju kursi-kursi yang berjejer, tak salah lagi tempat penungguan.  Untungnya sepi, dan mereka dapat duduk santai.
             Clara naik ke kursi. Ia berusaha memanjat dengan tubuhnya yang terlihat kecil, karena kursi-kursi itu sedikit lebih tinggi daripada dirinya. Setalah mencapai atas, Clara duduk dengan nyaman. Ia menggoyang - goyangkan kakinya.
***
            Sudah setengah jam, Lily, Eliz dan Clara menunggu George yang masih mengantri. Antrian loket kereta tujuan mereka, kereta Limberfilt masih mengantri panjang seperti ular. Eliz sudah muak. Lama-kelamaan ia menjadi bosan.
            "Aduuh! Lama sekali!" gerutu Eliz sebal. Tubuhnya merosot dari kursi yang licin itu. "Aku sudah tidak tahan...."
            Tenang saja El­­­­iz," kata Lily yang sedang menengok ke arah loket tiket kereta Limberfilt. "George sudah ada di urutan paling depan. Sekarang ia sedang mengambil tiketnya." Eliz dan Clara terlonjak senang. Akhirnya! pikir Eliz. Ia lalu kembali duduk nyaman. Mukanya berseri-seri seperti biasa. Mereka bertiga nyengir, sambil menunggu George melangkah ke arah mereka. Tapi Lily melihat muka George nampak tidak senang. George juga tidak membawa tiketnya. Muka Lily yang tadinya tersenyum senang, sekarang malah keheranan, lalu ia bertanya pada kakaknya itu.
            "Ada apa George?"
            "Huff....tiketnya habis." jawab George tidak senang. "Orang yang tadi ada didepankulah yang mendapat tiket terakhir. Lalu sekarang bagaimana?" Lily kemudian menengok ke arah loket kembali. Ia melihat beberapa orang yang tadi sedang mengantri. Mereka semua kecewa tiketnya sudah habis.
            "Kita pulang?" tanya Lily, melirik wajah George.
            "Kalau mereka berdua menolak untuk pulang kerumah, kurasa kita bisa naik taksi." kata George sambil menunjuk ke arah Eliz dan Lily yang sedari tadi asyik mengobrol berdua dan tak dengar apa yang sedari tadi George dan Lily bicarakan.
            "Nah, itu dia George!" seru Clara yang baru sadar. Eliz lalu menoleh ke arah George. "Dimana tiketnya George?"
            "Kita tidak dapat Clara. Tiketnya sudah habis." jelas George.
            "Yaaaaaaahh...." Clara dan Eliz begitu kecewa.
            "Kau mau pulang?" tanya Lily pada kedua anak itu. Eliz menggeleng dengan cepat.
            "Tidak! Aku tidak mau!" Eliz melipat tangan seraya memalingkan wajah.
            "Kalau begitu ayo, kita naik taksi saja." George menarik tangan Clara, dan Clara meloncat turun dari kursi yang tadi ia duduki.
            "Ah, jangan baik taksi!" seru Clara tiba - tiba. Ia menahan agar George tidak menariknya. "Kita naik kereta Wilz tua saja!" Clara kemudian menunjuk loket penjualan tiket kereta Wilz tua yang sepi. Kereta Wilz tua adalah kereta yang membosankan. Jalnnya lamban, tua, dan pengap! Tiketnya juga jarang dibeli orang.
            Ketiga saudaranya melongok ke arah Clara.
            "Kau ingin naik kereta tua itu?" tanya George meyakinkan. Clara mengangguk dengan mata berbinar penuh harap.
            "Tempat itu membosankan...pengap....bau kenalpot walau disana tida ada kenalpot....panas tidak ada AC...ditambah dengan orang - orang yang tidak ramah!" jelas Eliz ngeri.
            "Ah, tapi mungkin tidak seberapa," kata Clara agak ragu. "Aku belum pernah merasakan menaiki kereta Wilz tua. Mungkin selera dengan kalian berbeda. Mungkin menurutku, Wilz tua itu sangat menyenangkan!" Clara lalu menarik tangan George, pergi ke loket penjualan tiket kereta Wilz tua. Dalam hatinya, George menggeram marah. Tapi mau buat apa lagi? Kalau ia membujuk adiknya itu, Clara tidak akan mau.
            "Ayo George, ayo!" seru Clara berkali - kali sambil mendorong George ke arah loket. George semakin dekat. George berhenti kemudian. Ujung batang hidungnya hampir mengenai kaca loket.
            "Ya?" tanya penjual tiket sambil mencondongkan kepalanya ke arah George.
            "Tiket untuk satu orang." kata George geram, menatap Clara dengan kesal. Muka Clara merah padam. Ia melipat tangan dan mulutnya manyun. "Apa salahku? Kau bilang kau mau naik kereta itukan?" Kata - kata itu semakin membuat Clara kesal. Gadis kecil itu kemudian mencubit tangan George kencang, sehingga Geroge terlonjak kaget.
            "Baiklah....baiklah..." kata George sebal sambil mengelus - elus tangannya yang sakit. "Maaf, Mr. Tiketnya empat." si petugas loket memberikan empat lembar tiket, mengulurkan tangan ke lubang loket. George memberikan sejumlah uangnya pada si petugas loket. Kemudian George bertanya sesuatu.
            "Mr, permisi. Kapan keretanya akan segera tiba?" Si petugas loket melirik arlojinya.
            "Sebentar lagi juga sampai. Kalian tidak perlu lama - lama untuk menunggu." jelas petugas loket.  Setelah itu, keduanya kembali ke tempat dimana Lily dan Eliz menunggu. George memberikan masing - masing saudaranya tiket, kecuali Clara.

            "Tiketmu, akan aku kantongi. Kalau - kalau nanti hilang, apa kata petugas pemeriksa tiket nanti?" jelas George, mengantongi dua lembar tiket pada kantongnya. "Ayo kita berangkat!" 

Baca Selengkapnya ....

Inspirasi Kesetiaan bersama Cap Kaki Tiga.

Posted by Unknown Rabu, 02 April 2014 4 komentar
Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat

Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat  merupakan tiga frasa yang yang sangat familiar di keluarga besar istri saya. Cap Kaki Tiga, bagi kami, telah terbukti Setia Memberi Manfaat sehingga menjadi Inspirasi Kesetiaan bersama Cap kaki Tiga . Sejatinya pengalaman ini, sebut saja Rahasia Cap Kaki Tiga, semuanya bermula dari keluarga istri saya. Kisah  ini memilukan sekaligus memalukan. Begini ceritanya,.. Kata istri saya, keluarganya adalah Pengguna Setia Cap Kaki Tiga. Mungkin karena mereka telah membuktikan sendiri Manfaat Cap Kaki Tiga. Nenek mertua bilang,”Kami Setia menggunakan Larutan Cap kaki Tiga karena telah merasakan bahwa Cap Kaki Tiga, Setia Memberi Manfaat Nyata, yaitu Khasiat Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga”. 

Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat Antara Abah dan Kucing

Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat bagi Bapak mertua, yang sehari-hari saya panggil Abah, yang ternyata sangat membenci kucing. Kenapa? Konon dulu pernah punya kucing tapi akhirnya dibuang karena suka mencuri. 

"Kalau diperhatikan, kucing itu demikan sopan, langkahnya pelan seperti putri kerajaan, matanya merem, sipit, sayu, teduh seperti tak menginginkan dunia. Kalau kita dekati dia begitu bersahabat, mendekat, menempelkan badannya, melindungkan diri ke sela-sela kaki kita, seakan akan kita adalah ibu kandungnya."

Tapi, Abah bilang, dia sudah tahu sekarang. Setelah mengulang-ulang sanjungan atas pesona seekor kucing, mertua saya segera menambahkan dengan suara menggelegar, “Tapi,... kamu tau nggak?,.....”
Saya mengangguk-angguk. Mungkin Abah menganggap saya sebagai menantu setia karena mau ber jam-jam mendengarkan "kuliah" tentang kucing yang telah dibuangnya.

Kembali cerita tentang teriakan bapak mertua. Dengan berapi-api beliau katakan,”.....sedetik saja kita alihkan perhatian,...jangan tanya,...tak peduli ikan asin, ayam goreng, tahu bacem, telor ceplok semua diembatnya". 

Istri saya bilang bahwa di bulan puasa saat sahur, bapak mertua kehilangan paha ayam kesukaannya. Tersangka utama kucing piaraannya. Sejak saat itulah keluar “surat perintah” yang isinya cuma lima huruf

“B U A N G”

Bapak mertua tidak pernah memasukkan insiden raibnya paha ayam itu dalam ceritanya. Beliau hanya mengatakan, “Kamu tau nggak rasa kesalku semakin menjadi saat itu? Seharian aku panas dalam, bibir pecah-pecah, tenggorokan kering, padahal hari-hari sebelumnya biasa saja. Kamu tau nggak, kenapa?”

Saya menangkap bahwa ini pertanyaan retoris. Kata guru Bahasa Indonesia, pertanyaan semacam ini tidak perlu di jawab. Benar saja, sejurus kemudian beliau melanjutkan,”Kucing itu bukan saja mengacak-acak persediaan makan sahur, tetapi yang lebih membuat kesal adalah dia menumpahkan Sediaan Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang malam itu tinggal satu botol.”

Bapak mertua menghela nafas lalu mulai “ceramah” lagi. Kali ini nampaknya kata penutup yang akan beliau sampaikan. “Kucing itu saya buang, sejauh mata memandang. Kalau mau dihitung jaraknya mungkin sebanding dengan tingkat kekesalan saat itu. Tapi kalau orang bertanya sebab apa dia dibuang, jawabnya cuma satu, yaitu karena kucing itu telah menumpahkan pengusir panas dalamku “Sebotol Larutan Cap Kaki Tiga.” Demikian sekilas tentang Abah, kucing berkaitan dengan Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat


Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat Membawa Kenangan


Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat ceritanya terus berlanjut. Ternyata hawa kekesalan terhadap kucing itu bisa menular seperti virus influensa. Sehari-hari mendengarkan cerita kucing berkaitan dengan tumpahnya Sebotol Cap Kaki Tiga, membuat benih-benih kebencian terhadap kucing tumbuh subur dalam hati. Entah terpengaruh aura setia istri atau setia mertua, yang jelas saya telah larut dalam cerita seolah-olah kucing itu mencuri ayam goreng jatah saya, seakan-akan sayalah yang kehilangan Sebotol Pengusir Sariawan Cap Kaki Tiga.

Kebencian inilah yang mengantar saya mengalami kejadian memilukan, atau lebih tepat memalukan, yang saya bilang dirahasiakan itu. Sore itu saya mengendap-endap memegang segayung penuh air. Seekor kucing tetangga tengah berdiri di atas tembok partisi dua meteran yang membatasi ruang dapur dengan halaman belakang. Seperti biasa saya lakukan count down, lima, empat, tiga, dua, satu,...gooool.... saya berteriak sekuat tenaga sambil menghatamkan segayung air ke arah kucing itu berikut gayungnya. Sudah bisa ditebak bahwa kucing itu kaget dan meraung kesakitan.

Beberapa detik berikutnya bukan cuma kucing itu yang kaget, melainkan saya sendiri ikut kaget luar biasa. Raungan kucing diikuti oleh bunyi gedebuk atau gubrak atau bahasa Inggrisnya bam bam bam, kemudian disusul dengan jerit kesakitan memekakkan telinga.

Saya sangat mengenal suara yang menggetarkan jagat raya itu. Itulah suara Abah. Rupanya beliau juga tengah mengintai kucing itu dengan membawa sapu lidi sembari berdiri di atas kursi. Saya melakukan serangan dari arah dapur, Abah dari arah halaman belakang. Air yang saya siramkan memang mengenai kucing tetapi sebagian besar diteruskan dan mengenai Abah. Sedangkan gayungnya yang saya lempar setengah detik setelahnya, ternyata langsung melayang ke arah kening Abah. Selaksa Mike Tyson terkena pukulan jab yang telak, beliau terhuyung-huyung sampai akhirnya ambruk ke tanah beserta kursi yang dinaikinya.

Sadar bahwa saya telah memukul KO bapak mertua, kegugupan melanda, maklum saat itu saya baru dua bulan jadi menantu beliau. Entah apa yang saya pikir saat itu, bukannya menolong beliau, saya malah lari terbirit- birit melalui halaman belakang menuju pintu samping taman. Saya berlari seperti dalam film kabayan dikejar-kejar si Abah sang mertua. Saya merasa, abah akan segera mengejar atau melempar saya. Saya masih ingat cerita beliau bahwa untuk masalah ketepatan menembak, beliau bisa di bilang master di kesatuannya dulu. Artinya jika beliau melempar pasti kena kepala saya.

Sesaat kemudian “Tuing, Klontang”  Ada botol menimpa kepalaku, diikuti sebuah kaleng mendarat di area yang sama. Konsentrasi buyar, kaki kesandung, saya terjatuh berguling-guling dan berhenti tepat disamping botol dan kaleng berhasil menjitak kepalaku itu. Saya ambil botol itu dan saya lihat ada Merk CapKaki Tiga. Dan kaleng itu, juga sama, ada Gambar Cap Kaki Tiga.

Kisah ini, kesetiaanku pada istri, kesetiaan keluarga besar istriku atas Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang memberikan manfaat besar bagi kami, semua ini membuat kenangan sendiri yang sangat membekas di hati saya. Kenangan Cap Kaki Tiga. Anda bisa bayangkan botol dan kaleng Cap Kaki Tiga berjejer di setiap penjuru rumah sampai-sampai yang dilemparkan bapak mertua ke arahku adalah Botol Bekas Cap Kaki Tiga dan Kaleng Bekas Cap Kaki Tiga. Bukti kesetiaan kami atas Larutan Penyegar Pengusir Panas Dalam Cap kaki Tiga. Demikian kenangan membekas ini tumbuh dari kisah Cap Kaki Tiga, Setia, Manfaat 





Baca Selengkapnya ....

Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga dan Panas Dalam

Posted by Unknown Sabtu, 29 Maret 2014 0 komentar
Larutan Penyegar Cap kaki Tiga
Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga terbukti efektif meredakan panas dalam. Diminum dua sampai tiga kali sehari, Larutan Cap Kaki tiga ini menjadi teman setia yang segera memberikan kesegaran sempurna. Bibir pecah, tenggorokan kering, susah buang air besar, jangan ragu minum Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga. Beberapa pengalaman bersama Cap Kaki Tiga menumbuhkan sebuah Inspirasi Kesetiaan

Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga dibuat dari bahan bahan alamiah sehingga tidak menimbulkan efek samping. Khasiat yang terbukti manjur merupakan hasil dari perpaduan formula yang kuat yang dikerjakan dengan teknik modern dengan ketelitian yang sangat tinggi

Larutan Penyegar  Cap Kaki Tiga, benar benar segar, sehat, dan aman dikonsumsi. Itulah Cap Kaki Tiga

Baca Selengkapnya ....

Cara Kerja Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga

Posted by Unknown Jumat, 28 Maret 2014 3 komentar

Cara Kerja Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga, bagaimana sebenarnya? Secara alamiah tubuh manusia membutuhkan cairan dalam jumlah tertentu. Jika batas ambang kebutuhan ini tidak tercukupi maka otak akan memberikan sinyal berupa rasa haus, kering, panas. Normalnya gejala ini bisa segera hilang ketika seseorang meminum air. Pada kasus dehidrasi akut diperlukan penanganan khusus untuk memberikan asupan cairan secara perlahan. Kandungan elektrolit yang kaya dalam cairan sangat dibutuhkan pada saat kritis semacam ini. Untuk kasus panas dalam dapat kita lihat gejala yang lebih spesifik karena seringkali penyebabnya bukan hanya over activity melainkan juga adanya infeksi virus. Dalam kondisi inilah diperlukan suatu formula yang mekanismenya dapat dipelajari sebagai Cara Kerja Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga.


Bahan Inti Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga


Bahan Gypsum Fibrosum merupakan bahan yang paling sering digunakan oleh para ahli pengobatan kuno dari daratan Cina. Kandungan bahan ini dalam sebuah larutan berpengaruh pada efektifitas larutan tersebut untuk meredakan panas dalam. Tak heran para ahli saat ini menempatkan bahan ini sebagai bahan utama yang harus terkandung dalam formula larutan penyegar yang dirancangnya.

Bahan Komplementer Galcareous Spar dalam Larutan Cap Kaki Tiga




Galcareous Spar sebagai bahan komplementer dalam formula Cap Kaki Tiga memiliki fungsi sekondan sebagaimana seorang co driver berperan dalam membantu driver mengendalikan jalannya kendaraan. Atau seorang kopilot yang membantu pilot. Galcareous Spar membuat bahan utama dalam formula larutan penyegan mampu bekerja lebih efektif mengatasi panas dalam. Kedua bahan ini bersinergi secara khusus hingga memapu melipatgandakan efektifitas dan khasiat formula Larutan yang dirancang. Tak berlebihan jika banyak orang telah merasakan sendiri efektifitas formula larutan penyegar Cap Kaki Tiga ini.

Baca Selengkapnya ....

Allah Menciptakan Dua Mata di Depan

Posted by Unknown Jumat, 07 Februari 2014 3 komentar
Cap Kaki Tiga. Allah menciptakan dua mata manusia di bagian depan, bukan belakang. Itu berarti setiap kita seharusnya melangkah ke depan, bukan sebaliknya. Jika manusia berjalan mundur, pasti menyalahi fitrah. Setiap sesuatu yang menyalahi fitrah, tentu merugikan manusia itu sendiri.

Baca Selengkapnya ....

B E O K I A I

Posted by Unknown 0 komentar
Cap Kaki Tiga Setia Manfaat
Cap Kaki Tiga Setia Manfaat bercerita begini : Seekor burung beo dipelihara pak Kiai dalam sebuah sangkar yang digantungkan diteras masjid. Hampir setiap selesai shalat fardlu beo itu mendengar Pak Kiai berdzikir manyebut Asma Allah, sampai-sampai sang beo hafal setiap kalimat yang meluncur dari bibir Pak Kiai. Hal ini membuat semua santri, murid Pak Kiai, sangat menyayangi burung beo tersebut. 

Baca Selengkapnya ....

Aku Bukan Romeo Kau Bukan Shakespeare

Posted by Unknown Kamis, 06 Februari 2014 0 komentar
shakespeare
Kesalahan terbesar Romeo adalah tidak pernah bertanya pada Shakespeare. Sebuah fiksi boleh saja tragis, tapi hidup ini cuma sekali, maka tak ada genre tragedi yang boleh terjadi dalam hidup ini. Aku Bukan Romeo dan Kau Bukan Shakespeare


Baca Selengkapnya ....

Kado Kematian Dari David

Posted by Unknown 0 komentar

Disaat kritisku David datang membawa sebuah kado. Orang bisa menyebut kado kematian. Tak berlebihan jika aku katakan bahwa ini adalah kado terbaik yang pernah ada. Mungkin David membawakannya dari Jibril? Atau malahan David sendiri seorang malaikat? May be, dan inilah kado kematian dari David itu.


Baca Selengkapnya ....

Apa ya Judulnya?

Posted by Teteh Fia 0 komentar
Aku, akan membuat sebuah cerita pendek. Tapi tidak tahu, siapa tahu setelah menulis ini, jadi tahu. Tidak ada judul, menurutku tidak apa-apa. Yang penting menulis saja. Aku tulis ini asal-asalan saja. Biarlah, toh aku sudah puas.

Baca Selengkapnya ....

Gunung Roti

Posted by Teteh Fia 0 komentar
Anda pernah dengar gunung roti? belum kan, makanya baca cerita ini

Baca Selengkapnya ....

Anak Kuntul

Posted by ummu seizza 0 komentar
Anda pernah jadi kuntul? berarti anda harus baca cerita saya ini

Baca Selengkapnya ....

Manusia Kadal

Posted by Unknown 0 komentar
Anda pernah jadi kadal? belum kan? berarti anda harus baca cerita ini

Baca Selengkapnya ....

Manusia Telo

Posted by Unknown 0 komentar
Pernah makan Telo? Kalau pernah itu artinya anda harus baca cerpen ini

Baca Selengkapnya ....

sampul buku

Posted by Unknown Rabu, 05 Februari 2014 0 komentar


Baca Selengkapnya ....

Saksi Mata

Posted by Unknown Selasa, 04 Februari 2014 0 komentar


Baca Selengkapnya ....